Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, telah menuai pro dan kontra setelah membawa-bawa nama Sukarno (Bung Karno) pasca ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus Harun Masiku. Dalam pernyataannya, Hasto merujuk pada pengalaman Sukarno yang pernah masuk penjara sebagai bagian dari pengorbanan cita-cita.
Kritik Terhadap Pernyataan Hasto:
-
Lakso Anindito (Ketua IM57+): Mengkritik pernyataan Hasto sebagai halusinasi, menegaskan perbedaan alasan penetapan tersangka antara keduanya.
-
Efriza (Pengamat Politik Citra Institute): Menyatakan Hasto mencoreng nama besar Sukarno dan menilai tindakannya sebagai keliru, merujuk pada perjuangan dan integritas Sukarno.
Pembelaan Dari PDIP:
- Guntur Romli (Juru Bicara PDIP): Membela Hasto dengan menyatakan bahwa Hasto tidak menyamakan dirinya dengan Bung Karno, namun mengajak untuk meneladani semangat perjuangan.
Tanggapan PDIP Mengenai Kriminalisasi:
- Guntur Romli menegaskan bahwa Hasto tidak menggunakan uang negara dan tidak terlibat dalam kasus yang dituduhkan. Ia menyinggung soal kriminalisasi dan perbandingan dengan kasus-kasus yang melibatkan keluarga Presiden Jokowi.
Detail Kasus Hasto Kristiyanto:
-
Kasus Suap PAW Harun Masiku: Melibatkan pemindahan posisi Harun Masiku dalam pemilihan legislatif 2019 dan upaya menggagalkan caleg lain, Rizky Aprilia. Hasto diduga terlibat dalam pemberian suap.
-
Perintangan Penangkapan Harun Masiku: Hasto dituduh merintangi upaya KPK menangkap Harun dalam OTT, termasuk memerintahkan untuk melarikan diri dan mengumpulkan saksi agar tidak memberikan keterangan sebenarnya.
Kritik dan pembelaan terus mengiringi pernyataan Hasto yang mengaitkan situasinya dengan pengalaman Bung Karno, sementara publik dan pengamat politik mempertanyakan kesamaan konteks antara keduanya.